JAKARTA 9 maret 2025 – Kau mungkin pernah mendengar pepatah lama: “Tidak semua yang berkilau itu emas.” Tapi di Indonesia, pepatah itu kini punya makna baru: “Tidak semua yang berlogo Antam itu emas asli.”
Kisah ini bukan dongeng. Ini bukan cerita tentang seorang penambang miskin yang menemukan bongkahan emas di dasar sungai. Ini adalah kisah tentang orang-orang berdasi yang bermain-main dengan 109 ton emas selama lebih dari satu dekade. Dan sekarang, mereka terjebak dalam permainan yang terlalu besar untuk disembunyikan.
Kejaksaan Agung akhirnya menjatuhkan palu. Enam mantan General Manager Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia (UB-PPLM) Antam resmi jadi tersangka. Nama mereka berderet seperti daftar tamu VIP di pesta korporat: Budi Said, M. Syahril, Sudirman, Suyanto, Sugianto, dan Suharto. Mereka bukan pencopet di pasar malam. Mereka adalah orang-orang yang seharusnya menjaga kepercayaan publik terhadap salah satu perusahaan tambang terbesar di negeri ini.
Modusnya? Seindah drama kriminal Hollywood. Mereka mengambil emas produksi perusahaan swasta, lalu menempelkan logo Antam seolah-olah itu produk asli. Tidak ada ritual sihir. Tidak ada mesin canggih yang bisa mengubah batu menjadi emas. Hanya permainan branding yang licik, yang bisa memperdaya siapa saja yang percaya pada kemurnian logam mulia.
Tapi tunggu, Antam bergegas mengeluarkan pernyataan resmi. “Tidak ada emas palsu di pasaran,” kata mereka, seperti seorang pesulap yang mencoba meyakinkan penonton bahwa kelinci di topinya tidak pernah menghilang. Semua produk Antam, katanya, memiliki sertifikat resmi. Bagus. Tapi bagaimana dengan 109 ton emas yang sudah dicetak dengan logo mereka tanpa izin resmi? Bagaimana dengan reputasi yang kini tercoreng lebih buruk dari pantulan emas di air keruh?
Ini bukan sekadar skandal finansial. Ini adalah pengkhianatan terhadap kepercayaan publik. Bayangkan para pekerja yang menabung bertahun-tahun, membeli emas dengan harapan bisa menyelamatkan diri dari inflasi, hanya untuk menemukan bahwa benda yang mereka simpan dengan bangga mungkin saja bukan emas seutuhnya.
Sekarang, kita menunggu babak berikutnya. Apakah enam tersangka ini hanya pion dalam permainan yang lebih besar? Apakah kita akan melihat keadilan ditegakkan, atau hanya melihat mereka menghilang ke balik bayang-bayang sistem yang sudah terbiasa melindungi pemain besar?
Satu hal yang pasti: dalam negeri yang kaya akan sumber daya ini, ada hal yang lebih mahal daripada emas. Dan itu adalah kejujuran. Sesuatu yang, tampaknya, semakin sulit ditemukan.
0 Komentar