Perjalanan Gonzo Hunter S Thompson part 2: Dibalik Meriahnya Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Garut, Wartawan Sampaikan Keluhan Soal Apresiasi/ Gaya tulisan tahun 1970-an di amerika serikat


Garut, 13 Agustus 2024 – Dalam keriuhan gemerlap rapat paripurna DPRD Kabupaten Garut, di tengah gelak tawa para pejabat dan tamu undangan yang berdansa dengan elegan di bawah lampu kristal, terdapat satu kelompok yang merasa terabaikan—para wartawan. Mereka berdiri di sudut ruangan, sibuk mencatat pernyataan resmi sambil menyimpan keresahan yang terus membara.

Seperti karakteristik jurnalisme gonzo ala Hunter S. Thompson, yang tak ragu masuk ke dalam pusaran cerita, para wartawan ini pun membawa misi yang serupa. Mereka berusaha keras mencari makna di balik segala kemewahan dan kegemilangan acara resmi yang tampak berkilauan di permukaan.

Seorang wartawan berambut kusut, dengan baju yang sudah tak lagi rapi, berbisik kepada saya, “Mereka semua berbicara tentang kemajuan dan pembangunan, tetapi siapa yang peduli dengan kita yang menyampaikan kisah ini kepada publik? Apresiasi seolah menjadi barang langka.”

Rapat paripurna yang seharusnya menjadi momen penegasan komitmen pemerintah daerah untuk kesejahteraan rakyat, justru menjadi panggung protes senyap para jurnalis. Mereka merasa kerja keras mereka kerap tak dihargai, seperti seorang penari yang dipaksa tampil tanpa adanya sorotan lampu panggung.



Dalam ironi yang mendalam, para jurnalis terus berjuang untuk menggali kebenaran di balik berita resmi yang kadang menutupi kenyataan. Di tengah semarak acara yang terbungkus dalam formalitas dan janji manis, mereka mencari kisah-kisah nyata yang lebih dari sekadar pidato indah dan tepuk tangan meriah.

Para wartawan ini, seperti semangat Thompson, menolak untuk dibungkam oleh kekuatan dan otoritas yang lebih besar. Mereka tidak takut untuk menantang status quo, menuntut penghargaan yang layak bagi profesi mereka yang kerap dianggap remeh. Mereka berjuang bukan hanya untuk kebenaran, tetapi juga untuk mendapatkan pengakuan yang pantas.

Sambil menghabiskan air minum  dingin dari gelas plastik, seorang jurnalis muda menatap sekeliling ruangan dan berkata, “Kami ada di sini, mengamati, mendengar, dan menulis. Semoga suatu hari nanti, mereka mengerti pentingnya peran kami dalam menyoroti apa yang sebenarnya terjadi.”

Dengan semangat gonzo yang penuh gairah, para wartawan ini tetap berdiri teguh, siap menghadapi segala tantangan demi menyampaikan cerita yang layak didengar oleh dunia. Dalam derasnya arus informasi, mereka adalah suara yang terus berjuang untuk menyuarakan kebenaran, meski kadang harus berteriak di tengah keramaian yang bising.

Posting Komentar

0 Komentar