Jurnalisme Tanpa Ideologi adalah Jurnalisme Tanpa Jiwa

Jurnalisme modern sering terasa seperti restoran cepat saji: serba instan, asal jadi, dan penuh dengan bahan pengawet informasi. Tidak peduli apakah itu benar, yang penting enak dibaca dan cepat dikonsumsi. Ini bukan lagi soal mencari kebenaran, tapi soal siapa yang paling duluan menerbitkan berita—entah itu fakta, setengah fakta, atau omong kosong belaka.

Jurnalisme tanpa ideologi adalah jurnalisme tanpa jiwa. Bayangkan seorang penulis yang duduk di depan layar, mengetik berita dengan ekspresi kosong, tak peduli apakah tulisannya bermakna atau hanya sampah digital lainnya. Mereka tidak peduli pada prinsip, tidak tahu mereka berpihak ke siapa, dan lebih buruk lagi—mereka bahkan tidak bertanya.

Apa yang mereka perjuangkan? Tidak ada. Yang penting pageview naik, iklan masuk, amplop tetap cair Apakah berita itu bermanfaat bagi rakyat? Apakah itu membongkar kebobrokan penguasa? Apakah itu benar-benar memiliki nilai jurnalistik? Tidak penting. Yang penting headline harus menggigit, SEO harus bekerja, dan judul harus cukup provokatif untuk diklik.

Dulu, jurnalisme adalah senjata perlawanan, alat perubahan sosial, bahkan kendaraan revolusi. Sekarang? Jurnalisme tanpa ideologi hanyalah zombie media—berjalan tanpa arah, berbicara tanpa makna, dan terus menulis tanpa alasan yang jelas.

Padahal, jurnalisme seharusnya memiliki ideologi yang jelas. Beberapa jenisnya antara lain:

Jurnalisme Liberal, yang menempatkan kebebasan pers dan objektivitas di atas segalanya.

Jurnalisme Advokasi, yang dengan terang-terangan membela kelompok tertentu dan memperjuangkan ideologi tertentu.

Jurnalisme Investigatif, yang menggali dan membongkar kejahatan, sering kali melawan kekuatan besar.

Jurnalisme Marxis, yang berpihak pada perjuangan kelas dan menentang dominasi kapitalisme.

Jurnalisme Konstruktif, yang lebih berfokus pada solusi daripada sekadar melaporkan masalah.

Jurnalisme Gonzo, yang menolak objektivitas dan menulis dengan sudut pandang personal serta emosional.

jurnalisme Kapitalis, yang menempatkan keuntungan di atas kebenaran dan sering dikendalikan oleh kepentingan pemilik modal.

Jurnalisme Demokrasi, yang bertujuan untuk mendukung partisipasi masyarakat, memberikan suara bagi yang tidak terdengar, dan memastikan keadilan sosial melalui pemberitaan yang jujur dan transparan.

Jika jurnalis tak lagi punya prinsip, maka mereka bukan lagi jurnalis. Mereka hanyalah operator mesin berita yang tugasnya sekadar menekan tombol "publikasikan". Jurnalisme tanpa ideologi bukan jurnalisme. Itu hanya kebisingan yang tidak lebih berharga dari gumaman mabuk di pinggir jalan.

Posting Komentar

0 Komentar